Upacara Inisiasi Suku Dani (Papua)


(foto : pimeusa.wordpress.com)

Inisiasi dalam suku Dani sangatlah penting bagi kehidupan anak laki-laki suku Dani. Pada saat anak laki-laki suku Dani menginjak usia sekitar 5-10 tahun, mereka sudah siap untuk mengikuti upacara inisiasi atau upacara waya hagat-abin. Upacara ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pesta ebe-ako atau pesta babi. Upacara inisiasi ini berlangsung selama 9 hari atau lebih. Acara-acara dalam upacara inisiasi orang Dani terutama ditunjukkan untuk menyalakan semangat berperang dan untuk memberi pengertian mengenai kegiatan berperang.

Bentuk Rasa Duka Suku Dani (Papua)

Kematian keluarga memanglah sangat memilukan hati dan membekas di dalam relung jiwa. Kebanyakan masyarakat umum mengekspresikannya lewat tangisan yang tiada henti. Tapi bagi saudara kita suku-suku di pengunungan tengah Papua seperti suku Dani, mereka mengekspresikannya dalam bentuk tradisi potong jari. Tradisi yang telah mereka pertahankan beratus-ratus tahun lamanya. Tradisi potong jari ini hanya dilakukan apabila famili terdekat seperti suami, istri, ayah, ibu, anak, atau saudara kandung meninggal. Pemotongan jari umumnya hanya dilakukan oleh kaum ibu. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa pemotongan jari dilakukan oleh pihak orangtua anggota keluarga laki-laki maupun perempuan. Pemotongan jari ini melambangkan kepedihan bila kehilangan orang yang sangat di cintai, hingga rela kehilanggan anggota tubuh. Pemotongan jari ini dapat diartikan sebagai ungkapan untuk mencegah terulang kembali malapetaka yang sudah merenggut nyawa seseorang di dalam keluarga yang berduka.

Foto by Rudy Rapang

Malam Satu Suro

Malam satu suro dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan tahun baru menurut kalender Jawa

Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab Mubeng Beteng (Perarakan Mengelilingi Benteng Keraton). Upacara ini dimulai dari kompleks Kemandungan utara melalui gerbang Brojonolo, kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kemandungan utara. Dalam prosesi ini pusaka keraton menjadi bagian utama dan diposisikan di barisan depan kemudian baru diikuti para pembesar keraton, para pegawai dan akhirnya masyarakat. Dalam Malam Satu Suro ini ada sesuatu yang unik yaitu pada barisan depan perarakan ditempatkan pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang menjadi pusat perhatian masyarakat.

Foto by kabarsoloraya.com

Sekaten


(Foto : Ahmadhanafi.wordpres)

Sekaten adalah salah satu pesta pasar rakyat yang sangat lekat dengan sejarah perkembangan dan penyiaran agama islam di Jawa. Istilah sekaten berasal dari Arab yaitu "Syahadatin", yang berarti 2 kalimat syahadat. Pasar rakyat ini merupakan pasar budaya dan objek wisata yang menjadi salah satu keunggulan pariwisata di kota Solo. Pasar rakyat ini biasanya di gelar selama 1 minggu penuh untuk merayakan hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Pesta pasar rakyat ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat kota Solo karena kegiatan ini hanya dilaksanakan oleh Keraton Solo setahun sekali berdasarkan penanggalan kalender Jawa. Dalam pesta rakyat ini kegiatan yang dilakukan beranekaragam mulai dari menjual berbagai macam makanan dan minuman khas Jawa, pakaian, berbagai kerajinan tangan tradisional bahkan sampai mainan modern. Biasanya dalam pesta pasar rakyat ini banyak sekali sarana hiburan seperti komedi putar, tong setan, kereta api dan sarana hiburan lainnya.

Mudik??

(foto : yamaha-vega.or.id)

Menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran, sebagian masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa melakukan acara mudik. Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang sudah merupakan suatu kebiasaan yang harus dilaksanakan. Saat itulah mereka manfaatkannya sebagai ajang untuk berkumpul dengan sanak saudara. Berbagai cara mereka tempuh untuk sampai ke kampung halaman. Ada yang bermudik dengan mobil, motor, bis, kereta, pesawat, bahkan bajaj sekalipun dijadikan sarana transportasi untuk mudik. Bahkan mereka rela untuk mengantri seharian demi mendapatkan tiket untuk pulang, itupun belum tentu kebagian tempat duduk. Hanya untuk berkumpul bersama keluarga tercinta. Budaya mudik ini merupakan suatu nilai sosial positif bagi masyarakat Indonesia, karena dengan mudik berarti masyarakat masih menjunjung nilai silaturahmi antara keluarga.